Selama 40 tahun ilmuwan dipusingkan oleh pertanyaan: kenapa manusia
tinggal di dunia tiga dimensi? Kini kelompok peneliti dari tiga
institusi riset Jepang menemukan jawaban ini melalui simulasi
superkomputer.
Dalam teori kosmologi dentuman besar, jagat raya berawal dari titik
kecil tak kasat mata yang tiba-tiba meluas. Teori pembentukan ini
didukung oleh bukti pengamatan seperti radiasi sisa dalam panjang
gelombang mikro dan nisbah hidrogen dan helium yang pas.
Sayangnya,
teori relativitas umum bikinan Albert Einstein tak bisa menjelaskan
kondisi jagat raya pada titik kecil. Keterbatasan ini mampu diatasi
melalui teori superdawai. Dalam teori ini, partikel mendasar penyusun
materi di alam semesta diandaikan seperti dawai yang bergetar.
Beberapa
pola getaran bisa menjelaskan partikel yang bertanggung jawab atas
gravitasi. Dengan begitu, kelahiran alam semesta bisa dijelaskan melalui
superdawai. Namun teori ini memprediksi terdapat sembilan dimensi
ruang, jauh lebih banyak daripada tiga dimensi yang biasa dikenal.
Peneliti
gabungan dari High Energy Accelerator Research Organization (KEK),
Shizuoka University, dan Osaka University mampu membuat simulasi
komputer bagaimana superdawai bekerja saat kelahiran alam semesta.
Komputer Hitachi SR16000 pada penelitian ini mampu mengolah data hingga
kecepatan 90,3 teraFLOPS.Hasil simulasi menunjukkan, pada awalnya alam
semesta memiliki sembilan dimensi ruang. Pada tahapan selanjutnya, hanya
tiga dimensi yang mengembang, membentuk jagat raya tiga dimensi tempat
tinggal manusia.
"Hasil ini mendemonstrasikan bahwa alam semesta
tiga dimensi yang kita tinggali memang berkembang dari sembilan
dimensi," ujar peneliti dari High Energy Accelerator Research
Organization Jun Nishimura dalam siaran pers pada website resmi.
Tak
hanya mampu menjelaskan bagaimana alam semesta tiga dimensi terbentuk,
simulasi ini juga memperkuat keberadaan teori superdawai dalam
menjelaskan kelahiran alam semesta. Selanjutnya, teori ini tak hanya
dipakai untuk menjelaskan masa lalu namun juga masa depan. Salah satunya
adalah fenomena percepatan pengembangan alam semesta menyedot perhatian
masyarakat setelah tiga penemunya diganjar anugerah Nobel tahun 2011.
sumber : http://www.tempo.co/read/news/2011/12/27/095373968/Alam-Semesta-Ada-Sembilan-Dimensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar